Senin, 29 Maret 2010

PRO - KONTRA KONFERENSI GAY SE-ASIA DI SURABAYA

Konferensi regional "International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, and Intersex Association" (ILGA) yang akan dilaksanakan di Surabaya. Di sinyalir akan menimbulkan gejolak sosial, dan terjadi Pro-Kontra di masyarakat Indonesia yang memiliki tatanan adat ketimuran.

Salah satu pihak yang kontra akan konfrensi tersebut yaitu Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, K.H. Abdusshomad Buchori. Beliau menyatakan konferensi tersebut tak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. "Bahkan kalau jadi dilaksanakan, maka akan menimbulkan gejolak sosial," katanya kepada wartawan di Surabaya. Sebab itu, dia mendukung langkah Kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Surabaya yang tak memberikan izin digelarnya Kongres Ilga di Surabaya pada 26-28 Maret 2010. Beliau juga berpendapat "Konferensi itu tidak banyak memberikan manfaat, kepada masyarakat." (dilansir tvOne.co.id)

Menurut penulis gaya hidup kaum lesbian dan gay belum bisa dibawa ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Karena Indonesia merupakan negara yang adat ketimurannya yang tinggi, tidak disahkan oleh agama mana pun karena keberadaannya sangat mengganggu etika dan moral. Apalagi Indonesia penduduknya menjunjung tinggi nilai –nilai moral tersebut.

Selain ada pihak yang kontra, ada juga yang Pro di antaranya para kaum ILGA itu sendiri, ormas-ormas pembela HAM. Salah satu tokoh masyarakat, Wakil Ketua DPRD Jatim, Sirmadji menyatakan, pihaknya mendukung konferensi tersebut. Menurutnya setiap orang wajib menghormati orang lain, termasuk menghormati HAM. Bahkan dia menyatakan bersedia menghadiri acara tersebut, kalau memang pihak panitia penyelenggara mengundangnya.

Bagaimana menurut anda apakah anda setuju, atau anda memiliki pendapat sendiri???!!!!!

Rabu, 03 Maret 2010

PULAU KOMODO "JURASSICK PARK-NYA INDONESIA"




Ada orang yang menyebut tempat ini Jurassic Parknya Indonesia”. Apa yang ada di pikiran Anda begitu mendengar Pulau Komodo? Reptil besar yang menjulur-julurkan lidah bercabangnya mencari mangsa? Setidaknya itulah yang muncul di kepala kita ketika pertama melihat binatang ini.

Terletak di ujung barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Komodo (TNK) didirikan pada tahun 1980 untuk melestarikan binatang langka Komodo (Varanus komodoensis) dan keanekaragaman hayati darat dan laut kawasan ini. Sebagai pengakuan dunia atas kekayaan alam ini, kawasan seluas 1.817 km2 ini dikukuhkan sebagai Cagar Manusia dan Biosfir serta Situs Warisan Dunia (World Heritage) oleh UNESCO pada tahun 1986.(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Komodo ).

Di kawasan ini Komodo adalah raja rantai makanan karena tidak punya pemangsa. Mereka memangsa apa saja, mulai dari kerbau liar, rusa, termasuk bahkan anak komodo dan komodo dewasa. Lidahnya yang super sensitif bisa menangkap bau darah dari jarak lebih dari satu kilometer. Gayanya menangkap mangsa adalah dengan bermalas-malasan seperti tidak peduli, tapi begitu mangsa mendekat, secepat kilat mereka menyerang. Bila mangsa belum lumpuh dalam serangan pertama, air liurnya yang mengandung bakteri mematikan membuat mangsa yang sudah dilukai lama-lama akan lemah.

Belakangan ini setelah Candi borobudur masuk dalam kategori Tujuh Keajaiban Dunia, kini Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI berjuang keras agar Taman Nasional Pulau Komodo bisa masuk dalam Tujuh Keajaiban Dunia kategori taman nasional. Jika target ini tercapai, akan berdampak besar terhadap industri pariwisata, karena wisatawan mancanegara diyakini akan banyak berkunjung ke Indonesia.