Selasa, 25 Mei 2010

Lelang Harta Karun Laut Tak Diminati, Pemerintah Minta Bantuan UNESCO





Ingat film Ghost Ship? Di film itu, sekelompok pemburu harta karun Amerika Serikat berusaha mengambil harta karun dari sebuah kapal yang terombang ambing di Laut Bering. Harta yang berada dalam kapal itu luar biasa, termasuk sejumlah peti berisi emas lantakan. Tetapi, para pemburu itu satu demi satu menemui ajalnya di kapal itu, dibunuh oleh roh-roh penasaran bekas penumpang kapal tersebut.

Michael Hatcher (69), pemburu harta karun berkewarganegaraan Austyralia, lebih beruntung. Ia tidak dibunuh oleh roh-roh gentayangan, dan malah hampir sukses menjual harta hasil temuannya. Satu-satunya yang harus ia lakukan hanya melakukan pertanggungjawaban terhadap Pemerintah Indonesia yang merasa memiliki harta tersebut karena tersimpan di wilayah perairan Indonesia.

Hatcher diperkirakan melakukan pengambilan BMKT tanpa izin. Pejabat Departemen Kelautan dan Perikanan, ada indikasi kuat Hatcher terlibat dalam pencarian harta karun ilegal. Bila dia terbukti bersalah akan dipenjara 5 tahun dan denda sekitar Rp 50 juta.

Pemerintah sendiri berencana melelang 271.381 keping benda berharga muatan kapal tenggelam yang diangkat dari perairan Cirebon, Rabu (5/5). Pelelangan dilakukan melalui Kantor Piutang Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta III dan terbuka untuk pasar internasional. Komisi IV DPR yang juga membidangi sektor kelautan berencana meninjau langsung pelelangan ini.

Hatcher sendiri berulang kali berhasil mengangkat isi kapal yang tenggelam. Pada 1981 dia mengangkat isi kapal tenggelam di Malaysia. Pada 1985-1986, Hatcher berhasil mengangkat kapal Geldermasen milik VOC di Karang Heliputan, Tanjung Pinang. Saat mengangkat kapal itu, Hatcher menemukan 126 emas batangan dan 160 ribu benda keramik yang diduga berasal dari Dinasti Ming dan Ching, China yang total nilainya diperkirakan 15 juta dollar AS (sekitar Rp 142,5 miliar). Kemudian, pada 1999 Hatcher kembali menemukan harta karun saat mengangkat kapal Tek Sing di Perairan Kepulauan Bangka, Sumatera Selatan. Nilainya mencapai Rp 500 miliar.(sumber : detik.com)

Saat ini, Hatcher kembali muncul di Indonesia. Dia diduga berada di perairan Blanakan, Subang, Jabar. Diperkirakan, dia baru saja menemukan harta karun dari Dinasti Ming yang tenggelam di perairan itu dengan nilai diperkirakan lebih dari 200 juta dollar AS (sekitar Rp 1,9 triliun).

Hatcher yakin dia tidak melakukan kesalahan. Tuduhan bahwa dia menjarah artefak di perairan Indonesia, kata dia, kemungkinan didalangi pesaing bisnisnya.

"Orang-orang yang berada di balik ini adalah mereka yang menentang perusahaan saya," ujarnya.

Hatcher menegaskan, hubungan dia dengan pengusaha yang ditudingnya itu memang kurang baik sejak lama. Kalau harus memilih, menurut Hatcher, dia tak ingin dipenjara di Indonesia.

Sedikitnya terdapat 12 orang/lembaga/organisasi yang menyatakan minat untuk ikut lelang harta karun barang muatan kapal tenggelam (BMKT) di Cirebon, Jawa Barat. Namun, sampai akhir pendaftaran pada 4 Mei 2010 ini, belum ada satu pihak pun yang mengonfirmasikan kehadirannya (mendaftar secara resmi).

Mahalnya deposit yang harus diberikan peserta lelang kepada panitia lelang sebesar 16 juta dolar AS diduga menjadi penyebab utamanya. Jumlah deposit ini sebesar 20 persen dari total nilai taksiran barang keramik, logam, emas, arca, dan barang antik lainnya yang akan dilelang. Padahal sebelumnya ada 12 pihak yang menyatakan berminat untuk mengikuti lelang ini, seperti Beijing, Hong Kong, Malaysia, National University of Singapore, National Museum of Singapore, serta Linda Gallery Singapura. Sedangkan dari Jepang sudah memutuskan mundur.

"Namun, kami belum mengetahui alasan mereka belum mendaftarkan diri sebagai peserta lelang sampai hari ini. Begitu juga dengan peserta yang mengundurkan diri," kata Plt Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sudirman Saad kepada wartawan di Jakarta, Selasa (4/5).

Meski demikian, lanjut Sudirman, seandainya hari ini (5/5) tidak juga ada peserta lelang, maka KKP akan melakukan evaluasi untuk melaksanakan lelang yang kedua. Namun, jika lelang kedua juga gagal, maka akan diadakan negosiasi antara Pemerintah Indonesia dan China terkait biaya pengangkatan barang dan bagian untuk masing-masing negara.(sumber : VIVA news.com)

Pemerintah akan meminta bantuan badan dunia UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) dan para pengusaha untuk membeli artefak berumur 1.000 tahun. Langkah itu akan ditempuh jika proses lelang sebanyak 271 ribu harta karun yang ditemukan di perairan Cirebon, Jawa Barat, gagal.





"Kalaupun (lelang) gagal, kami akan mencari solusi, seperti meminta bantuan UNESCO dan mengumpulkan pengusaha yang tertarik untuk membelinya,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad kepada Tempo kemarin. Dia mengakui, proses lelang benda harta karun sisa peninggalan kapal di zaman Sriwijaya itu sulit.

Rencananya, pelelangan harta karun tersebut akan dilakukan pada hari ini (Rabu, 5 Mei) di Jakarta. Panitia lelang mensyaratkan peserta harus menyetor deposit sebesar 20 persen atau US$ 16 juta (Rp 147, 2 miliar) dari harga taksiran minimal sebesar US$ 80 juta (Rp 736 miliar).

Namun, sampai batas akhir pendaftaran pelelangan 271.381 artefak kemarin, tak satu pun calon peserta lelang mendaftar. "Belum ada satu pun yang memasukkan uang jaminan," kata Sekretaris Panitia Nasional Benda Muatan Asal Kapal Tenggelam (BMKT) Sudirman Saad.

Sudirman menjelaskan, jika sampai batas waktu pendaftaran tidak ada peserta, lelang akan tetap berlangsung. “Sebutannya, lelang tidak ada peminat dan tak ada penjualan,” katanya. Selanjutnya, panitia akan mengevaluasi untuk lelang kedua. Hingga saat ini terdapat sekitar 20 peserta peminat lelang, baik dari dalam maupun luar negeri, seperti Singapura, Cina, Hong Kong, dan Malaysia.

Pemerintah melelang harta karun yang diangkat dari perairan Laut Jawa yang berjarak 70 mil utara Cirebon. Artefak ini berisi benda sejarah yang beragam. Ada keramik dari masa Istana Terlarang (Jin Cheng) dari Beijing. Ada permata rock crystal yang langka--di dunia cuma ada 40 keping--yang diduga berasal dari dinasti Fatimiyah, salah satu keturunan Nabi Muhammad. Semua itu hasil penyelaman selama 22 ribu kali dari April 2004 hingga Oktober 2005.

Sebanyak 271 ribu artefak akan dilelang, dan sekitar 976 buah telah ditetapkan sebagai koleksi negara. Artefak tersebut ditemukan oleh PT Paradigma Putra Sejahtera (PPS) bersama mitranya, COSMIX Underwater Research Ltd (Cosmix).

Direktur Utama Paradigma Putra Sejahtera Adi Agung Tirtamarta mengatakan, sejumlah peminat dari Hong Kong, Singapura, dan Cina menyatakan siap memborong peninggalan bersejarah itu. Namun para calon pembeli itu mundur karena tenggat pendaftaran lelang sangat singkat. "Mereka katakan impossible (tak mungkin) jika waktunya hanya seminggu,” ujarnya kemarin.

Untuk mengangkat dan memboyong artefak tersebut, kata Adi, pihaknya mengeluarkan biaya US$ 10 juta (sekitar Rp 92 miliar). Biaya itu belum ditambah upah pengawas dari pemerintah sebesar Rp 400 ribu per hari selama pengangkatan yang berlangsung satu setengah tahun. Bahkan, sebelum dilelang, pemerintah meminta agar 100 keping artefak disumbangkan ke Museum Samodera Raksa (museum bawah laut) di Candi Borobudur, dan 991 keping untuk Museum Nasional, termasuk gagang golok emas. “Ada dua gagang pisau yang kami temukan, satu sudah diambil negara, tinggal satu,” kata Adi. Gagang golok emas itu berukir dan bertuliskan Arab Kafi.(sumber : TEMPO interaktif.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar